Jangan Saling Menghina

Ustadz H. Ahmad Lutfi Lc. MA
Indonesia semakin hari semakin panas, bukan hanya karena Lapisan Ozon yang semakin menipis, tetapi juga karena semakin maraknya ujaran kebencian sesama anak bangsa, padahal kita masih belum pulih dari wabah COVID-19, sekarang ditambah lagi dengan penyakit hati dan lisan yang akhir-akhir ini juga semakin menyedihkan.
Padahal sudah jelas dalam surat Al-Hujurat ayat 11 Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ، عَسَىٰ أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ، وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ ۖ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ ۚ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ، فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ.
Yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman!, Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olok) perempuan lain, (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olok) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok), janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan janganlah saling memanggil dengan gelar/panggilan yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman, dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zhalim.” (QS. Al-Hujurat: 11)
Dan dalam haditsnya Rasululloh SAW bersabda:
سِبَابُ الْمُسْلِمِ فُسُوقٌ وَقِتَالُهُ كُفْرٌ .متفقٌ عَلَيْهِ
Yang artinya: “Mencela seorang muslim merupakan kefasikan, dan memeranginya merupakan kekufuran.” HR. Bukhori dan Muslim
Abdullah bin Mas’ud RA (Ibnu Mas’ud) pernah berkata kepada lisannya, “Wahai lisanku, ucapkanlah kata-kata yang baik, niscaya engkau akan beruntung. Atau diamlah, jangan umbar kalimat keburukan, niscaya engkau akan selamat. Waspadalah sebelum menyesal.”
Ibnu Rajab dalam kitab Jami’ Al-Ulum wa Al-Hikam mengatakan; “Sesungguhnya setiap orang yang hidup di dunia, sedang menanam kebaikan atau keburukan dengan perkataan dan perbuatannya. Kemudian, pada hari kiamat kelak, dia akan menuai apa yang dia tanam. Barang siapa yang menanam sesuatu yang baik dari ucapannya atau perbuatannya, dia akan menuai kemuliaan. Sebaliknya, barang siapa yang menanam sesuatu yang buruk dari perkataan atau perbuatannya, kelak ia akan menuai penyesalan.”
Dan Imam Ibnu Hibban Al-Busti dalam kitab Raudhah Al-‘Uqala wa Nuzhah Al-Fudhala’ berkata; “Orang yang berakal, selayaknya lebih banyak diam daripada bicara. Hal itu karena betapa banyak orang yang menyesal karena bicara, dan sedikit yang menyesal karena diam. Orang yang paling celaka dan paling besar mendapat bagian musibah, adalah orang yang lisannya senantiasa berbicara, sedangkan pikirannya tidak digunakan.”
Menjaga lisan dari kata-kata yang buruk merupakan tanda kemulian seorang muslim, dalam sebuah hadits dikisahkan,
عن عبد الله بن عمرو رضي الله عنهما أنَّ رَجُلاً سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَيُّ الْمُسْلِمِيْنَ خَيْرٌ؟ قَالَ: مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ .متفقٌ عَلَيْهِ
Yang artinya: “Dari Abdulloh bin Amru RA ada seorang laki-laki yang bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Siapakah orang muslim yang paling baik? Beliau menjawab, “Seorang muslim yang tidak mengganggu Muslim lainnya dengan lisan dan tangannya.” HR. Bukhori dan Muslim
Komentar Terbaru