SEKILAS INFO
  • 8 bulan yang lalu / Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, akan diadakannya peringantan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW pada hari Jumat tgl 18 Oktober 2024 pada pukul 17.30 Masjid Al Mubarok, sholat magrib berjamaah
  • 4 tahun yang lalu / Selamat datang di website Masjid Tua Al Mubarok Jakarta Selatan
WAKTU :

Agar Do’a Dikabulkan

Terbit 23 Mei 2021 | Oleh : Admin Al Mubarok | Kategori : Berita
Agar Do'a Dikabulkan

Surat Al-Baqarah Ayat 186

 

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِى عَنِّى فَإِنِّى قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا۟ لِى وَلْيُؤْمِنُوا۟ بِى لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku Kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran (petunjuk).”

 

Sababun Nuzul/Sebab turun ayat ini:

 

Ibn Hajar Al-Asqallani dalam kitabnya (Al-Ujab Fi Bayan Al-Asbab) menyebutkan bahwa ada 6 riwayat mengenai sebab turunnya ayat ini. Saya hanya menukil satu saja karena 6 riwayat tersebut hampir mirip secara subtansi.

Beliau mengutip Al-Mawardi bahwa Ada beberapa orang Yahudi yang tinggal di Madinah berkata kepada nabi Shalla Allahu Alaihi Wa Sallam: Bagaimana tuhan mendengar do’a kita? Sedangkan engakau (Muhamad) meyakini bahwa jarak tempuh antara kita dan langit sejauh 500 tahun perjalanan? Lebih beratnya lagi, jarak antara langit yang satu dengan lainnya juga 500 tahun? Maka turunlah ayat ini sebagai jawaban pertanyaan mereka bahwa Allah dekat dengan hambanya.

 

Tafsir:

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِى عَنِّى فَإِنِّى قَرِيبٌ

 

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat.”

Kata “dekat” dalam ayat ini bermakna majaz, bukan makna hakiki. Para ulama melakukan takwil dalam memaknai kata tersebut.

Al-Qurtubi menyebutkan beberapa takwil makna dekat dalam ayat ini yaitu Allah Maha Dekat dalam arti selalu memberikan ganjaran pahala karena ketaan hamba dan mengabulkan do’a bagi yang orang yang berdo’a. Dekat juga bisa diartikan bahwa Allah Maha Mengetahui apapun yang dilakukan sang hamba.

 

أُجِيبُ دَعْوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِ

 

“Aku Kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku.”

 

Allah menegaskan bahwa Ia senantiasa mengabulkan atau menjawab permohonan  hambanya yang ikhlas berdo’a.  Allah mengijabah do’a sang hamba adalah dengan memberinya hidayah (petunjuk). Hidayah itu menjadi wasilah (media) untuk memudahkan jalan memperoleh rezeki, kesembuhan, kesuksesan dan segala sesuatu yang membuahkan hasil karena sebab. Kebaikan rezeki, kesehatan atau pun yang kita peroleh tentu harus menjadi berkah. Berkah itu tentu disebabkan karena hidayah yang Allah berikan.

 

Agar hidayah sebagai wasilah terkabulnya do’a diberikan oleh Allah, maka Allah memberikan syarat melalui ayatnya :

 

فَلْيَسْتَجِيبُوا۟ لِى وَلْيُؤْمِنُوا۟ بِى لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

 

“Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran (petunjuk).”

Ya, simple sebetulnya. Iman  dan bertakwa sebagai jawaban memperoleh hidayah agar do’a dikabulkan. Hamba yang beriman tentu yakin Allah adalah Tuhan Yang Maha Mengabulkan. Hamba Yang beriman tentu yakin bahwa semua urusan kecil dan ringan di hadapan Allah. Yakin bahwa Allah Menolong. Jika tidak iman, mana mungkin orang meminta kepada Allah, bahkan nau’dzu billah, jika iman tidak kuat atau tidak ada, tentu akan meminta kepada selain Allah, Naudzu Billah !

 

Jika iman sudah mantap, langkah selanjutnya adalah Taqwa, yaitu bukti konkrit seorang hamba untuk memenuhi atau menaati  semua yang Allah perintahkan dan menjauhi larangan-Nya. Orang yang bertaqwa sudah pasti ikhlas beribadah. Apalagi balasan Allah kepada orang bertaqwa selain cinta-Nya yang tercurah. Kalo sudah cinta, pasti dikabulkan permohonannya. Simpel bukan?

 

Takwa adalah sifat, bentuk konkritnya tentu varian. Imam yang adil, orang yang puasa dengan ikhlas, orang yang menjalankan amal ibadah, baik invidu atau sosial semuanya tentu masuk dalam katogori orang bertakwa. Orang bertaqwa do’anya terkabul.

 

Rasulullah Shalla Allahu Alaihi Wa Sallam bersabda:

 

ثَلَاثَةٌ لَا تُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ اَلْاِمَامُ الْعَادِلُ وَالصَّائِمُ حَتّٰى يُفْطِرَ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ

 

“Tiga macam orang tidak ditolak doanya, yaitu Imam yang adil, orang yang sedang berpuasa hingga ia berbuka dan doa seorang yang teraniaya.” (HR. Muslim)

Juga hadis berikut :

 

لَا يَزَالُ يُسْتَجَابُ لِلْعَبْدِ مَا لَمْ يَدْعُ بِاِثْمٍ اَوْ قَطِيْعَةِ رَحِمٍ مَا لَمْ يَسْتَعْجِلْ قِيْلَ يَا رَسُوْلَ اللّٰهِ مَا الِاسْتِعْجَالُ قَالَ يَقُولُ قَدْ دَعَوْتُ وَقَدْ دَعَوْتُ فَلَمْ اَرَ يَسْتَجِيْبُ لِي فَيَسْتَحْسِرُ عِنْدَ ذٰلِكَ وَيَدَعُ الدُّعَاءَ

 

“Doa seseorang senantiasa akan dikabulkan selama ia tidak berdoa untuk perbuatan dosa ataupun untuk memutuskan tali silaturahim dan tidak tergesa-gesa. “Seorang sahabat bertanya; ‘Ya Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan tergesa-gesa?‘ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: ‘Yang dimaksud dengan tergesa-gesa adalah apabila orang yang berdoa itu mengatakan; ‘Aku telah berdoa dan terus berdoa tetapi belum juga dikabulkan’. Setelah itu, ia merasa putus asa dan tidak pernah berdoa lagi. (HR. Muslim).

 

Orang bertakwa selalu menjauhi perkara syubhat dan tidak mau makan dari yang haram. Hadis berikut:

 

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ اللهَ تَعَالَى طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّباً، وَإِنَّ اللهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِيْنَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِيْنَ فَقَالَ تَعَالَى : ,يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحاً – وَقاَلَ تَعَالَى : , يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ – ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيْلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ ياَ رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِّيَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لَهُ.

 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Wahai manusia, sesungguhnya Allah Maha Baik dan hanya menerima yang baik. Sesungguhnya Allah telah memerintahkan orang-orang yang beriman untuk (melakukan) perintah yang disampaikan kepada para nabi. Kemudian beliau membaca firman Allah, ‘Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik dan kerjakanlah amalan yang shaleh. ’ Dan firman-Nya, ‘Hai orang-orang yang beriman, makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah Kami anugerahkan kepadamu. ’ Kemudian beliau menceritakan seorang laki-laki yang melakukan perjalanan jauh (lama), tubuhnya diliputi debu lagi kusut, ia menengadahkan tangannya ke langit seraya berdoa, ‘Ya Rabbku, ya Rabbku’. Akan tetapi makanannya haram, minumannya haram, dan ia diberi makan dengan yang haram. Maka bagaimana mungkin doanya dikabulkan.”  (HR. Muslim dari Abu Hurairah RA)

 

Wallahu a’lam.

 

Ridwan Shaleh

 

Referensi:

•  Al-tafsir Al-Munir Wahbah Zuhali

•  Tafsir Al-Qurthubi

•  Al-ujab Fi Bayan Al-Asbab, Ibn Hajar

•  Syarh Al-Arbain Haditsan Al-Nawawiyah, Ibn Daqiq Al-Ied

•  Al-Minhaj Fi Syarh Shahih Muslim Ibn Al-Hajjaj, Imam Nawawi

SebelumnyaRamadhan Membentuk Ketaqwaan Sosial SesudahnyaQurban Qabil dan Habil

Berita Lainnya

0 Komentar